Rabu, 28 Desember 2016

Taman Nasional Bukit Duabelas

Taman Nasional Bukit Duabelas

     Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas seluas 60.500 ha ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 258/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 melalui perubahan fungsi hutan: sebagian Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu (20.700 ha) dan sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir (11.400 ha) serta Areal Penggunaan Lain (1.200 ha) dan Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam (Cagar Biosfer) Bukit Duabelas (27.200 ha).

Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Provinsi Jambi, Ketinggian tempat 50 - 400 m. dpl. Sebagai mana dijelaskan diatas semula kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain yang digabung menjadi taman nasional. Hutan alam yang masih ada terletak di bagian Utara taman nasional ini, sedangkan yang lainnya merupakan hutan sekunder.




Adapun letak geografis dan kondisi batas luar Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas adalah sebagaimana tabel berikut ini:


Aksesibilitas

1. Akses Regional
Letak geografis kawasan TNBD yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Jambi memberikan kemudahan pencapaian melalui jalur perhubungan darat Lintas Tengah Sumatera. Jalur ini terhubung langsung dengan sejumlah Pintu Masuk regional / internasional perhubungan udara dan laut yakni :
a. Belahan Bagian Utara Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru,
b. Belahan Bagian Selatan Sumatera : Bakauheni dan Bandar Lampung.

2. Akses Pencapaian Kawasan
Belahan kawasan TNBD perwilayah kabupaten dapat diakses dari masing-masing ibukota kabupaten, yaitu :

a. Kawasan TNBD Wilayah Kabupaten Sarolangun,
1) Sarolangun => 75 km => Bangko => 62 Km=> Air Hitam (Pematang Kabau)
2) Sarolangun => 24 Km => Pauh => 60 Km => Air Hitam (Pematang Kabau)
[j]b. Kawasan TNBD Wilayah Kabupaten Tebo
Muaro Tebo => 47,5 Km => Tebo Ilir => 35,5 Km => Sungai Jernih.

c. Kawasan TNBD Wilayah Kabupaten Batanghari
Muara Bulian => 84 Km =>Pauh => 60 Km => Pematang Kabau.


Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk dalam tipe A dengan curah hujan terendah 3.294 mm dan tertinggi 3.669 mm, suhu terendah 32˚C dan tertinggi 40˚C sedangkan kelembaban udara terendah 80% dan tertinggi 94%.


Topografi, Hidrologi dan Tanah

Jumlah sungai dan anak sungai sangat banyak yang berasal dari dalam kawasan ini (terlihat di peta seperti serabut akar), sehingga kawasan ini merupakan daerah tangkapan air terpenting bagi Daerah Aliran Sungai Batanghari.

Keadaan topografi taman nasional ini datar sampai bergelombang sedang, dengan bukit/gunung seperti Bukit Suban, Sungai Punai (± 164 m. dpl), Gunung Panggang (± 328 m. dpl), dan Bukit Kuran (± 438 m. dpl).

Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD sebagaimana tersaji dalam Tabel berikut ini.



Masyarakat asli suku Anak Dalam (Orang Rimba) telah mendiami hutan Taman Nasional Bukit Duabelas selama puluhan tahun. Suku Anak Dalam menyebut hutan yang ada di Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai daerah pengembaraan; dimana mereka berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku Anak Dalam melakukan kegiatan berburu babi, mencari ikan, mencari madu, dan menyadap karet untuk dijual.


FLORA
Hasil gambar untuk GAMBAR FLORA DAN FAUNA DI TNBD 12

Jenis tumbuhan yang ada antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.), dan rotan (Calamus sp.). Terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.

Jenis-jenis flora di kawasan TNBD belum seluruhnya dilakukan identifikasi, secara umum tumbuhan yang terdapat di kawasan TNBD dapat digolongkan menjadi :

a. Tumbuhan Obat
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik_J4HzuOZJJykCm41ywCkonPnr2B9CC9QMJjFZXNs58QDH6cD_1tF03h6ij6V_lLIv1CPI2b4L1hiViXfTPAVjdeoZ6KD6kxbCke4_0VJd1xb9bGHljIjIsAX6F5Hl5Qo3SaWEIF0M94G/s1600/Tanaman+Obat++gb4.jpg
Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Taman Nasional Bukit Duabelas meliputi 128 jenis yang terdiri dari 101 jenis tanaman obat dan 27 jenis cendawan obat. Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut sudah dimanfaatkan oleh komunitas Orang Rimba untuk mencegah dan mengobati penyakit. Sebagian besar tumbuhan obat masih tergolong tumbuhan liar/belum di budidayakan.

b. Tumbuhan Anggrek
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLdJnsBJTIfBJoCmIesoMZEa4ZA7cREmTGaxBu7s6_PvItsTF6TTVyoxBheeJYKJbomrWdzVTa6S2WZho7OOmpPGxf68tW0pDQhtFHUj6TlhyYvsQcHY1xxlFPfcQrXrU8ck6qTqbj-c4/s1600/Anggrek+taman+nasional+bukit+dua+belas.jpg
Tidak kurang dari 41 jenis anggrek dari 18 marga yang hidup di Taman Nasional Bukit Duabelas, diantaranya adalah:

c. Pohon Penghasil Getah
Pohon Jelutung (Dyera costulata), jenis pohon yang disadap Orang Rimba untuk diambil getahnya (Getah Jelutung), Styrax benzoin.

d. Pohon Penghasil Kayu
Beberapa pohon penghasil kayu penting dan langka yang terdapat di Taman Nasional Bukit Duabelas, antara lain : Pohon Tembesu (Fragraea fragrans) yang kayunya memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diburu oleh para penebang kayu

e. Pohon Penghasil Buah
Pohon buah Durio sp atau durian daun dalam sebutan Orang Rimba merupakan plasma nutfah yang bernilai tinggi untuk pengembangan kualitas durian Indonesia. Pohon buah Tengguli dalam sebutan Orang Rimba atau Gardenia augusta dari suku Rubiaceae. Buah tengguli matang memiliki rasa manis, mirip perpaduan antara rasa buah apel dan buah pisang.

f. Pohon Penghasil Daun Untuk Atap
Pohon manggis-manggisan dengan nama botani Garccinia nervosa atau oleh Orang Rimba disebut bengkal, berdaun lebar dengan buah berwarna kuning dan biji berukuran besar. Daun tumbuhan ini dimanfaatkan masyarakat setempat untuk atap rumah sebagai pengganti rumbia, dan dapat bertahan sampai 4 – 5 Tahun.

g. Pohon Palem
Jenis palem yang banyak ditemukan di Taman Nasional Bukit Duabelas adalah dari marga Calamus, Areca, Licuala, Pinanga, Orania, Oncosperma dan yang merupakan salah satu kekhasan flora hutan di kawasan ini. Jenis palem kecil (Pinanga sp.nov) yang merupakan jenis baru dari suku Arecaceae, paling tinggi hanya sampai sekitar 80 cm, dengan buah tanpa tangkai yang muncul di ketiak seludang daun dan berwarna merah cerah apabila ranum.

Jenis palem Nengah Gajah (menurut sebutan Orang Rimba) yang tergolong langka dalam dua variasi penampakan, Muring Gejoh Selasih mempunyai batang, pelepah daun dan buah yang berwarna hijau keunguan dan Muring Gejoh Putih yang berwarna hijau terang.

h. Tumbuhan Rotan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisap4SZNluHDSjRWJnegih8cPMo_DVuURE4NBRWJ1g30PI1eLW7LsCc0SaDfF0gduD40xn9LpDWosJ6Ovx_LopCWUeNzJopPRDcFb36GGFsv5FX7ZkuGQ_ALL1fYw0mBGPKWqSIt0VVq0/s1600/IMG_2776.JPG
Jenis-jenis rotan yang hidup di Taman Nasional Bukit Duabelas sangat beranekaragam, diantaranya adalah : Calamus ornatus, Calamus ciliaris, Rotan Manau ( Calamus manan Miq ),Daemonorops draco (jernang)

FAUNA
Hasil gambar untuk GAMBAR FLORA DAN FAUNA DI TNBD 12

Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas menyimpan pula kekayaan fauna dari jenis mamalia, primata, aves, reptilia, amphibia, insecta dan ikan yang membentuk kehidupan satwa liar di kawasan tersebut. Beberapa di antaranya, termasuk dalam red data book IUCN sebagai satwa yang terancam punah. Jenis-jenis satwa yang menghuni kawasan ini antara lain : Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Babi Hutan (Sus spp.), Tapir (Tapirus indicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak Sumatera (Hystrix brachyura), Tupai Tanah (Lariscus spp.), Musang (Paradoxurus hermaphroditus) Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Biawak (Varanus salvator). Untuk jenis aves, antara lain : Balam (Streptopelia sp.), Murai Batu (Pycnonotus sp.), ayam hutan (Gallus gallus), Kuau (Argusianus argus) dan Enggang Gading (Rhinoplax vigil).


untuk lebih terincinya jenis Flora dan Fauna yang ada di taman Nasional Bukit Dua Belas silahkan Klik menu "FLORA DAN FAUNA"

Obyek Wisata Alam

Potensi wisata yang ada dikawasan ini antara lain adalah panorama alam, air terjun, dan batu-batu bersejarah, serta kehidupan masyarakat Suku Orang Rimba. Sampai saat ini potensi wisata tersebut belum dikembangkan dan berbagai fasilitas yang diperlukan pengunjung belum tersedia, meskipun demikian bagi yang berminat kawasan ini sudah bisa dikunjungi.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Taman Nasional Bukit Duabelas

Indonesia / Jambi /
 taman, perbukitan, hutan, cagar alam, taman nasional, perlindungan satwa

Taman Nasional Bukit Duabelas adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia. Taman ini merupakan taman nasional yang relatif kecil, meliputi wilayah seluas 605 km². Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari hutan hujan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat dari penebangan hutan.




thesis.anu.edu.au/public/adt-ANU20091226.232154/
www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/bukit12_NP...
Kota terdekat: BATANGHARI, Jambi, Geragai, Tanjung jabung Timur
Koordinat:   1°55'33"S   102°51'28"E
http://photos.wikimapia.org/p/00/04/31/22/91_big.jpghttps://imornesia.files.wordpress.com/2013/01/20120320hutan2.jpg
Taman Nasional Bukit Duabelas
IUCN Kategori II (Taman Nasional)
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Bukit Duabelas
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Bukit Duabelas
Bukit Duabelas NP
Letak di Sumatra
Letak Sumatra, Indonesia
Koordinat 1°51′LU 102°39′BTKoordinat: 1°51′LU 102°39′BT
Luas 605 km²
Didirikan 2000
Pihak pengelola Kementrian Kehutanan
Taman Nasional Bukit Duabelas adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia. Taman ini merupakan taman nasional yang relatif kecil, meliputi wilayah seluas 605 km². Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.
Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari hutan hujan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat dari penebangan hutan.[1]
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) adalah taman nasional yang terletak di Provinsi Jambi, Indonesia. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)memiliki luas wilayah 60.500 ha. Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.

6 Tari Tradisional Yogyakarta

6 Tari Tradisional Yogyakarta | tradisikita.my.id - Yogyakarta!!! Siapa yang belum pernah berkunjung ke Kota Gudeg ini?? Hayoooo acungkan jari..heheheh. Malioboro, keraton Yogya, Pantai Parangtritis, Kaliurang ehm... apa lagi ya yang khas Yogyakarta? Tari Tradisional nya!!! Ada yang tahukah tari tradisional Yogyakarta?
Tarian daerah yogyakarta adalah salah satu yang khas dari Kota Pelajar ini Sobat. Rasanya kurang lengkap tradisikita.my.id jika belum mengupas mengenai jenis tari-tarian daerah dari Yogyakarta. Atau jangan-jangan adik-adik, kakak-kakak, dan Sobat setia tradisikita saat ini memang lagi bolak balik mencari artikel mengenai tari tradisional Yogyakarta ini? Langsung saja Sobat, dibawah ini kita akan segera mengenal 6 tarian tradisional Yogyakarta.

1. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Golek Ayun-Ayun

Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan salah satu tarian tradisional Yogyakarta yang diciptakan oleh (Alm) KRT Sasmita Dipura (Romo Sas). 
Tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan biasanya dibawakan oleh dua orang penari. Gerakannya sangat lembut dan penuh makna. seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan seolah ia tengah menyulam. 
Penari golek ayun-ayun mengenakan balutan baju beludru hitam serasi dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda tambah mempercantik penampilan sang penari Tarian ini dapat disaksikan setiap hari Minggu di Pendapa (Bangsal) Sri Manganti, Keraton Jogjakarta dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Biasanya ada tiga jenis tarian yang ditampilkan. Tari Golek Ayun-ayun, Beksan Srikandi Suradewati dan Sendratari Arjuna Wiwaha.

2. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Beksan Srikandi Suradewati

Tari Beksan Srikandi Suradewati adalah tari tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi yang diambil dari serat Mahabaratha.

Suradewati adalah adik Prabhu Dasalengkara yang ingin menjadikan Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, maka Suradewati diutus oleh kakaknya untuk melamarkan Dewi Siti Sendari untuknya. Pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan dengan Raden Abimanyu. Melihat kenyataan seperti ini, Suradewati tetap memaksa menyunting Dewi Siti Sendari, maka terjadilah perseteruan antara Suradewati melawan Dewi Srikandhi, yang membela Raden Abimanyu. Dalam peperangan, ternyata Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir dengan kemenangannya.


3. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Arjuna Wiwaha


Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.

Salah satu godaannya adalah ketika Ia diuji oleh para Dewa dengan mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar gagal dalam pertapaannya. Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.

Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.

Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh bidadari ini.


4. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Langen Mandra Wanara


Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara, disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkok1) disertai dengan dialog yang berupa tembang macapat. Bedanya, yang sekaligus merupakan perkembangannya, adalah lakon yang dibawakan. Jika lokan yang dibawakan dalam tari drama Langendriya bersumber dari ceritera yang lain, maka Langen Mandra Wanara bersumber dari cerita Ramayana, seperti: Subali Lena, Senggana Duta, Rahwana Gugur, dan lain sebagainya.

Untuk dapat mementaskan Langen Mandra Wanara dibutuhkan sekitar 45 orang yang terdiri dari 30 orang pemain, 13 orang penabuh gamelan, satu orang waranggana, dan satu orang dalang. Fungsi dalang adalah sebagai pengatur laku dan membantu para aktor dalam penyampaian cerita dengan melakukan suluk (monolog). Kostum dan make up yang dipakai selama pertunjukan mengikuti patron wayang kulit.
Pertunjukan Langen Mandra Wanara biasanya diadakan pada saat ada upacara-upacara, seperti perkawinan dan hari-hari besar lainnya. Pertunjukkan yang kurang lebih memakan waktu tujuh jam ini dilakukan pada malam hari dan biasanya bertempat di pendopo dengan penerangan lampu petromaks atau listrik. Pertunjukan Langen Mandro Wanara biasanya dilengkapi dengan alat musik gamelan Jawa lengkap (pelog dan selendro).
Kostum dan make up yang dipakai juga mengikuti patron wayang kulit. Dalam menyampaikan ceritera para pemain menggunakan dialog yang dilakukan dengan nembang (menyanyi) sedangkan aktivitasnya di panggung diwujudkan melalui tarian yang dilakukan dengan jengkeng (berdiri di atas lutut). Pertunjukan Langen Mondro Wanoro ini menggunakan konsep pentas yang berbentuk arena dan biasanya dilakukan di pendopo.Sebagai alat penerangan kini sudah dipergunakan petromak. Alat musik yang dipakai adalah gamelan Jawa lengkap yaitu pelog dan slendro, atau slendro saja. 

5. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Angguk

Kesenian Angguk merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian rakyat yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian angguk berbentuk tarian disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi pelbagai aspek kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam kesenian ini juga dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo, yang walaupun bertuliskan huruf Arab, namun dilagukan dengan cengkok tembang Jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara penari dan pengiring tetabuhan. Selain itu, terdapat satu hal yang sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu adanya pemain yang “ndadi” atau mengalami trance pada saat puncak pementasannya. Sebagian masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat “ndadi” ini memiliki “jimat” yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo.
Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu: 
  • Tari ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: tari bakti, tari srokal dan tari penutup; dan
  • Tari pasangan, adalah tari angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: tari mandaroka, tari kamudaan, tari cikalo ado, tari layung-layung, tari intik-intik, tari saya-cari, tari jalan-jalan, dan tari robisari.
Pada mulanya angguk hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun, dalam perkembangan selanjutnya tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Para pemain angguk ini mengenakan busana yang terdiri dari dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh kelompok penari dan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring. Busana yang dikenakan oleh kelompok penari mirip dengan busana prajurit Kompeni Belanda, yaitu: (1) baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggunya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok; (2) celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya; (3) topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu; (4) selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana; (5) kacamata hitam; (6) kaos kaki selutut berwarna merah atau kuning; dan (7) rompi berwarna-warni. 
Sedangkan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring adalah: (1) baju biasa; (2) jas; (3) sarung; dan (4) kopiah.
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Angguk merupakan musik dari berbagai alat musik tradisional Yogyakarta diantaranya adalah: (1) kendang; (2) bedug; (3) tambur; (4) kencreng; (5) rebana 2 buah; (6) terbang besar dan (6) jedor.

6. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Golek Menak


Tari Golek Menak, merupakan jenis tarian klasik, gaya Keraton Yogyakarta. Tari Golek Menak, mengandung arti menarikan Wayang Golek Menak. Wayang Golek Menak, merupakan jenis wayang yang dibuat dari bahan kayu, yang memakai busana, layaknya manusia. Jenis wayang ini berkembang di Jawa Tengah Bagian Barat dan Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, insipiasi penciptaan diperoleh setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX melihat pentas Wayang Golek Menak di daerah eks-Karesidenan Kedu, Jawa Tengah bagian Barat.
Proses Penciptaan:
Inspirasi setelah melihat pentas wayang golek di daerah eks-Karesidenan Kedu. Pada tahun 1941 Pengerjaan oleh Tim yang dipimpin oleh KRT. Purboningrat, anggota 7 orang yaitu: KRT.Brongtodiningrat, Pangeran Suryo Brongto, KRT. Madukusumo, KRT. Wiradipraja, KRT. Marodipuro, RW.Hemdrowardowo, RW.Laras Sumbogo, RB. Kuswarogo.
Pagelaran yang pertama, menampilakan 3 karakter yaitu (1) Karakter putri, untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli, (2) karakter putra, untuk Raden Maktal, (3) karakter gagah, untuk Prabu Dirgamaruta.
Tari Golek Menak ditampilkan dalam 2 tarian: (1) Perang antara Sudarawerti dengan Sirtupelaeli, (2) perang antara Prabu Dirgamaruta dengan Raden Maktal 
Tarian Golek Menak ini kemudian disempurnakan oleh lembaga seni tari yang ada di Yogyakarta, yaitu antara lain: (1) Siswo Among Rekso, (2)Pusat Latihan Tari Bagong Kusudihardjo, (3) Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), (4) Mardawa Budaya, (5) Paguyuban Surya Kencana, (6) Institut Seni Indonesia (ISI) 
Tarian ini menggunakan bahasa Bagongan, dan busana yang dipakai yakni busana wayang golek menak. 
Demikian Sobat tradisi, 6 tarian tradisional Yogyakarta yang bisa perkenalkan saat ini. Semoga bermanfaat ya...

Sumber : http://kesenianyogyakarta.blogspot.co.id/

Related Posts :